Friday, December 19, 2008

SUMBER KEBAHAGIAAN DAN KESEDIHAN

Berapapun banyaknya uang yang dimiliki, berapapun banyaknya lempengan emas dan permata yang dipunya, dan berapapun banyaknya harta yang dimiliki, tidak akan pernah membuat seseorang merasa cukup menjadi "Kaya" dalam makna yang sebenarnya. Untuk itu, marilah kita luruskan pengertian kita mengenai orang "Kaya".

Orang "kaya" bukanlah orang yang memiliki harta benda yang melimpah ruah, tetapi orang yang dapat menikmati apa pun yang dimiliki baik sedikit atau banyak tanpa merasa terikat pada kepemilikan barang-barang itu!

Dengan konsep demikian, seharusnya mereka sadar sepenuh hati dan pikiran, bahwa dia lahir ke dunia ini hanyalah berbekal satu nyawa (jiwa). Selanjutnya, ia harus merasa memiliki nyawa itu, dan harus merawat serta bertanggung jawab dalam kehidupannya. Dengan nyawa itu pulalah, seseorang harus hidup bahagia, di mana pun dan kapan pun.

Namun demikian, tak sedikit yang mengetahui apa itu bahagia? Apakah uangnya banyak? Apakah isterinya banyak? Apakah mobil dan rumah mewah yang dipunya atau apa lah yang serba materi. Perlu diketahui dan di renungkan bahwa yang dinamakan dengan kebahagiaan: adalah kegembiraan dalam rasa damai yang penuh kesyukuran; gembira, damai, bersukur, kita kurangi salah satunya kita tidak bahagia. Kesimpulannya; hanya “orang baik yang bisa berbahagia”. Selain itu, bahwa “Orang baik yang miskin adalah orang kaya yang uangnya sedikit, sedang orang kaya tidak jujur adalah orang miskin yang uangnya banyak”.

Kunci kebahagiaan adalah gembira, damai dan bersyukur!.

Termasuk hanya punya satu nyawa. Kebahagiaan itu bisa dibuat dengan tak meminta kepada orang lain, tetapi berupaya memberikan apa yang bisa diberikan kepada orang lain agar bahagia.

Betapa sering kita memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, dan kita harapkan hingga membuat kita menjalani hidup dengan segala rasa kurang dan kurang, lagi dan lagi. Kita tak pernah memfokuskan diri pada apa yang dimiliki dan memberdayakan seoptimal mungkin apa yang ada dan apa terjadi pada kita. Jika kita tetap berfokus pada keinginan, hidup pun terasa menjadi sengsara karena selalu merasa kurang puas dengan apa yang sudah dimiliki atau yang terjadi.

Sebenarnya kita dapat mengubah perasaan itu dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Coba lihat dan tengok keadaan di sekeliling, fikirkan yang dimiliki, dan syukurilah. Karena, anda akan merasakan betapa nikmatnya hidup ini dengan segala yang terjadi pada diri kita dan Siap menjalani segala peran drama kehidupan.

Peran kocak akan membuat kita tertawa. Peran sedih membuat kita melinangkan air mata. Peran romansa membuat kita mabuk kepayang. Itulah Dunia, tempat berperan untuk menjalani drama kehidupan. Dan tugas kita harus bisa berjuang dengan peran yang sedang kita perankan sebaik-baiknya.

Pastinya boleh dan syah-syah saja kita mempunyai keinginan, namun kita perlu menyadari bahwa itulah akar perasaan tidak tenteram. Dalam untaian kata bijak tertulis: "Kesengsaraan yang sesungguhnya adalah hal yang melekat pada harta duniawi."

Sebuah contoh nyata, seseorang yang sudah memiliki rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan setia masih saja merasa kurang. Pikiran dipenuhi berbagai target dan keinginan. Ia begitu terobsesi oleh rumah besar nan indah, mobil nan mewah, serta uang yang melimpah. Ia ingin ini dan itu. Jika tak mendapatkannya, ia selalu memikirkannya. Dan anehnya, meskipun sudah mendapatkannya, ia hanya menikmati kesenangan sesaat. Ia tetap tidak puas, dan ingin yang lebih lagi dan lagi.

Melihat kondisi yang demikian, hendaknya orang tersebut cepat menyelesaikan, jika dibiarkan berlarut-larut, akan membuat orang tersebut menjadi frustrasi, yang akhirnya depresi.

Alangkah baiknya jika kita memahami filosofi Batang Bambu, meskipun tinggi, ditiup angin sampai ujungnya mencapai tanah sekalipun bambu itu tidak patah, bahkan bisa dengan indahnya naik kembali. Batang bambu mampu mengikuti terpaan angin badai sekalipun. Seseorang harus mampu mengikuti arus kehidupan tanpa menghakimi, nikmati seperti air mengalir, tidak lurus kaku. Jika ada yang menghambat ia bisa membelok atau mencari jalan alternatif, tapi tetap tak berhenti. Karena itu, air yang terhenti akan mengendap jadi kubangan yang kelamaan dipenuhi cacing dan jadi dangkal.

Orang yang bijak sadar, bahwa keberhasilan atau kegagalan hidupnya merupakan konsekuensi perbuatan dan hasil pikiran. Manusia harus selalu introspeksi diri, apakah pikiran dan perbuatan sesuai dengan hukum Tuhan dan kehendak Yang Maha Kuasa? Karena pahala dan dosa tidak bisa diwakilkan, dan harus ditanggung sendiri.

Apakah kita bisa pungkiri, bahwa hidup di dunia adalah medan perjuangan yang bergelimang penderitaan? Sebagian orang menyangkal, karena mereka hidup dalam kondisi serba baik dan menyenangkan. Karena itu kita melihat dengan mata hati, dunia ini sebagai surga atau neraka penderitaan. HANYA DIRI KITA SENDIRI YANG BISA MENJAWAB, untuk itu, jalani hidup ini dengan senantiasa bersyukur menghargai pemberian Tuhan Yang Maha Esa.