Thursday, November 27, 2008

MANISNYA PI (PASIVE INCOME) SECTOR PROPERTY

Pernah gak bermain Cashflow Game 101, karya Robert T. Kiyosaki? Permainan ini mengandung pengajaran akan prinsip-prinsip dasar aliran kas (cashflow), serta mengajarkan bagaimana bebas secara keuangan (financial freedom). Jika di tulis secara matemati tentang bebas keuangan adalah FF = PI > Expenses

Bebas secara keuangan (Financial Freedom) akan tercapai ketika pendapatan pasif (Passive Income ) lebih besar daripada pengeluaran (Expenses) kita. Jadi, syarat mutlaknya adalah penghasilan kita harus bersifat pasif alias "tak kerja tapi duit terus mengalir". Ambil contoh, pendapatan pasif dalam sebulan adalah 10 juta/bulan, namun pengeluaran 15 juta/bulan, dari sini seseorang belum bisa disebut Financial Freedom. Namun jika seseorang dapat menambah Passive Incomenya menjadi 20 juta/bulan, maka orang tersebut telah bebas secara finansial atau dalam kata lain.

Pertanyaan selanjutnya adalah Bagaimana kita mendapatkan passive income? Banyak cara untuk mendapatkannya, antara lain sebagai investor di bisnis, saham, dan investasi lainnya yang menghasilkan return, dengan menciptakan bisnis usaha yang sudah tersistem rapi, artinya bisnis tersebut tetap dapat berjalan tanpa kita atau juga memiliki property yang menghasilkan pemasukan bulanan/tahunan.

Untuk bisnis yang terakhir, pemasukan uang dari bisnis properti dapat diperoleh dengan disewakan atau dikontrakkan entah perbulan atau pertahun. Rumah Kos yang nampaknya banyak dilirik.

Rumah kos sendiri bisa diperoleh dengan membeli properti yang ada di kawasan strategis seperti dekat kampus, pusat perkantoran, perbelanjaan dan pusat industri. Bagi mereka yang tak punya uang lebih, bisa menggunakan jalan mengajukan dana pinjaman dari perbankan dengan aggunan selama jatuh tempo tertentu, setelah itu, uang hasil rumah kos dapat dipakai untuk membayar cicilan, setelah cicilan selesai maka kita akan mendapatkan dua keuntungan, yaitu keuntungan uang sewa rumah kos dan rumah kosnya.

Rumah Kos merupakan investasi menarik bagi mereka yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan, sebab hanya sedikit mengeluarkan tenaga. Dalam mengelola rumah kost seseorang harus jeli dan pintar mengatur strategi mulai dari penghematan energi listrik dan air.

Penghematan tersebut bisa dilakukan salah satunya dengan memilih calon penghuni rumah kos, apakah ia seorang mahasiswa, berkeluarga ataukah seorang karyawan. Karyawan merupakan pilihan yang tepat, sebab ia banyak menghabiskan waktunya di tempat gawe.

Untuk mendongkrak nilai sewa, fasilitas yang ada harus lengkap seperti TV Cable, Hotspot, AC, kamar mandi dalam, dan menambah luas kamar. Jika tak puas hanya dengan uang sewa, bisa juga itambahi dengan menerima katering, laundry ataupun cleaning service.

Rumah kos sendiri terkadang bahkan fasilitas, ruang, dan kenyamanannya melebihi hotel berbintang. Tak heran jika sekarang ini banyak berdiri rumah-rumah kos elite baru di kawasan metropolitan dan siap bertanding dengan apartemen-apartemen yang ada..

AWAS LEDAKAN BOM KALORI DARI FASTFOOD ( 1 )

Fastfood kata ini sudah sangat familiar di masyarakat. Maklum makanan yang satu ini memang terkenal enak dan gurih. Namun demikian, makanan ini mempunyai pengaruh yang sangat tidak baik bagi kesehatan tubuh kita.

“Miskin gizi kaya kalori”, tampaknya istilah ini yang cukup pantas bagi fastfood. Kenapa demikian, karena di dalam fastfood kalori yang terkandung cukup tinggi sehingga berbahaya bagi kesehatan. “Dengan tingginya kalori akan memudahkan timbulnya obesitas (kegemukan), dan menyumbat pembuluh darah. Di samping itu, beberapa bahan yang dipakai pada fastfood terutama minyak hydrogenasi (suatu minyak yang oleh beberapa ahli dinilai sebagai minyak transfat (minyak yang “beracun”) meskipun minyak ini dibuat dari minyak yang dinilai aman, tapi kemudian diberi hydrogen menjadi semi padat (solid). Oleh beberapa pakar ini dinilai lebih berbahaya daripada kolesterol”, ujar Ferry J. Ngantung, pengelola Rumah Gizi NaturalGreen.

Minyak hydrogenasi trsebut dipakai untuk menggoreng fastfood, sehingga hasil gorengan menjadi renyah dan agak awet. Tak heran jika mulai Januari 2006 di Amerika Serikat muncul peraturan bahwa setiap resto atau rumah makan harus mencantumkan jumlah kandungan lemak trans dalam suatu makanan, sehingga orang-orang akan memilih yang paling rendah.

Lebih lanjut, mulai bulan Juli 2007 setiap resto di sana tidak boleh menggunakan lebih dari 0.5 gram lemak trans persajian. Kemudian pada 2007 – 2008 berkembang tidak hanya resto saja melainkan juga semua bakery.

Selain minyak hydrogenasi, dalam fastfood pemakaian zat aditif sangat kuat, misalnya MSG, dan garam. Padahal zat aditif bisa menyebabkan air tertahan di tubuh, penyakit sendi, tekanan darah meningkat dan lebih dari itu MSG menurut penelitian terakhir dapat menyebabkan hiperaktif pada anak, dan saraf di otak.

Bahaya makanan siap saji, World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural Organization (FAO) menyatakan, bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3 katagori. Pertama, aspek toksikologis, kategori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organ-organ tubuh. kedua, aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan dan ketiga aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh.

Jika seseorang masih saja mengkonsumsi fastfood dalam jangka waktu tertentu, dapat dipastikan akan menyebabkan bom kalori dan sewaktu-waktu bisa meledak. Sehingga berpotensi gampang terkena penyakit, layaknya obesitas, penyakit jantung, radang sendi dan tekanan pembuluh darah.

TANTANGAN RITEL TRADISIONAL ATAS RITEL MODERN

Melihat perkembangan ritel-ritel modern yang cukup pesat, tampaknya menjadi sedikit ancaman bagi ritel tradisional. Saran dan usulan pun mengemuka guna mencarikan solusi bagi kemungkinan terus menurunnya daya tahan usaha ritel tradisional, mulai dari keinginan untuk membatasi jumlah ritel modern dalam setiap lokasi, membatasi waktu buka atau operasi ritel modern, maupun pembatasan luas selling area dan item barang dagangan yang ditawarkan, bahkan sampai pengumpulan atau pengelompokan keberadaan ritel modern khususnya skala besar pada satu lokasi tertentu.

Segala upaya di atas, dimaksudkan untuk melindungi dan memberikan kesempatan ritel tradisional agar tetap bertahan di tengah mulai bergesernya lifestyle shoping masyarakat khususnya di kota-kota besar.

Tak kalah pentingnya, sebuah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah terkait dengan regulasi maupun aktivitas kongkrit untuk membantu dalam merevitalisasi pasar-pasar tradisional dan ritel tradisional. Semua diarahkan untuk membantu pelaku ritel tradisional survive ditengah persaingan usaha dewasa ini.

Sektor ritel secara umum sebenarnya juga mengalami dampak penurunan akibat merosotnya kondisi perekonomian secara nasional. Jika analisis dilakukan secara komprehensif, dapat dikatakan bahwa kapasitas industri ritel cukup besar. Ketakutan ritel tradisional akan tersedotnya pelanggan mereka akan beralih pada ritel modern memang bisa dipahami khususnya untuk kota-kota besar.

Peluang pertumbuhan ritel tradisional di kota besar terasa sangat berat, sebab berhadapan langsung dengan ritel modern dan pola belanja konsumen kota yang berubah. Namun untuk konteks lokasi pinggiran kota besar, kota kecil dan pelosok, tentunya peluang ritel tradisional masih sangat terbuka dan bahkan ritel modern tidak diminati. Peran pemerintah dengan membuat regulasi yang menghambat bertemunya secara langsung ritel tradisional dengan ritel modern skala menengah – besar mrupakan langkah yang cukup berarti demi membantu tetap survivenya ritel tradisional skala kecil dan menengah.

Sebagai wahana memperbarui diri, Tidak ada kata terlambat untuk berbenah jika diyakini bahwa peluang pasar ritel tradisional masih terbuka lebar. Berbenah merupakan sebuah konsekuensi logis dari keputusan untuk dapat tetap bertahan survive dan terus tumbuh. Apalagi jika wacana bahwa ritel modern merupakan rival berat yang mau tak mau harus dihadapi.

Langkah awal melakukan pembenahan diri adalah membuka paradigma baru pelaku ritel tradisional tentang pentingnya adopsi pengelolaan ritel modern untuk diimplementasikan pada ritel tradisional skala kecil maupun menengah.

Dengan mengadopsi manajemen/pengelolaan ritel modern, meskipun skala bisnis ritel dikategorikan dalam skala kecil dan menengah, namun diharapkan akan mempunyai daya tahan untuk tetap survive dan tumbuh secara optimal.

Langkah Terakhir adalah melakukan evaluasi berkesinambungan dengan terus melihat potensi pasar melalui fokus perhatian pada kebutuhan/keinginan pelanggan maupun pola strategi yang dijalankan oleh pesaing. Profesionalitas pengelolaan ritel tradisional tercermin dalam konsistensi dijalankannya langkah-langkah tersebut. Pemahaman yang mendalam bahwa bisnis ritel adalah bisnis yang sangat detail akan membangun spirit untuk terus berupaya mendapatkan akumulasi margin keuntungan yang meskipun tipis tapi jika dikelola dengan baik akan menyumbangkan keuntungan usaha yang cukup besar pada akhirnya