Sunday, April 10, 2011

Iri Hati Yang Diperbolehkan

Hasad atau iri hati dalam Islam adalah termasuk ke dalam perbuatan yang tercela dan umat Islam dilarang memiliki sifat yang demikian. Namun demikian ada dua bidang atau dua hal yang mana orang Islam boleh untuk irihati, yaitu irihati kepada orang yang diberi kepandaian terhadap al-Qur'an dan ia membacanya malam dan siang serta iri hati kepada orang yang oleh Allah diberi Rizki yang berlimpah dan ia menginfaqkannya di jalan Allah malam dan siang. Hal ini berdasarkan Hadis Nabi Muhammad yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari:

عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ

Dari Salim dari ayahnya dari Nabi Muhammad Saw bersabda, ”Iri hati (hasad) itu tidak diperbolehkan, kecuali terhadap dua hal, seseorang yang dikaruniai Allah kemampuan membaca al-Qur’an dan ia terus menerus membacanya diwaktu malam dan siang dan seseorang yang dikaruniai harta yang banyak oleh Allah dan ia membelanjakannya (menginfaqkannya) malam dan siang.” (HR. Bukhari)

Hasad adalah sebuah sifat apabila seseorang mengetahui orang lain mendapatkan suatu kenikmatan ia berharap agar nikmat itu hilang dari orang tersebut, apakah ia mendapatkannya atau tidak. Secara sederhana bisa diartikan tidak suka melihat jika orang lain mendapatkan kenikmatan.

Ada pula yang mengartikan kata hasad di atas dengan ghibtah, yaitu suatu keinginan seseorang terhadap sesuatu yang dimiliki orang lain, apakah sesuatu hilang dari orang tersebut atau tidak ia tetap berusaha untuk selalu mendapatkannya. Sehingga menurut hemat penulis yang dimaksud dengan kata hasad di atas adalah ghibtah atau berlomba-lomba.

Jangan Pernah Takut Tak Dapat Rizki



Diceritakan tentang kisah Rasulullah Saw., mengenai seekor ulat yang hidup didasar laut atas rizki Allah. Ketika itu, Rasulullah sedang mengadakan acara walimatul ‘ursy dengan seorang wanita sebagai istrinya. Saat para sahabat yang diundang menyaksikan makanan yang dijamukan Rasulullah, mereka membincangkan darimana Rasulullah menghidupi istri-istri beliau. Maklum saja jamuan walimahnya saja begitu sederhana.
Usai shalat berjamaah, Rasulullah lalu bercerita mengenai masalah rizki kepada para sahabatnya yang diundang itu. “Ini kisah yang disampaikan oleh malaikat Jibril, boleh aku bercerita?” tanya Nabi Saw. Para sahabat pun langsung mengiyakan dengan penuh antusias untuk mendengarkan. Lalu, berceritalah Nabi Muhammad tentang Nabi Sulaiman yang sedang shalat di tepi pantai. Nabi Sulaiman melihat seekor semut berjalan di atas air sambil membawa daun hijau seraya memanggil katak. Kemudian, muncullah sang katak lalu menggendong semut dan membawanya menuju ke dasar laut.
Apa yang terjadi di dasar laut? semut menceritakan bahwa di dasar laut itu berdiam seekor ulat yang soal rizkinya telah dipasrahkan kepada semut itu. “Sehari dua kali aku diantar malaikat ke dasar laut untuk memberi makanan kepada ulat”. Kata semut.
“Siapa malaikat itu?” tanya Nabi Sulaiman.
“Ya yang menjelma menjadi katak itu,” Jawab Semut.
Setiap usai menerima kiriman daun hijau dan memakannya, si ulat mengucapkan syukur kepada Allah. “Maha Besar Allah yang menakdirkan aku hidup di dalam laut,” kata ulat.
Di akhir ceritanya, Rasulullah Saw., lalu berkata, “Jika ulat yang tinggal di dasar laut saja Allah masih tetap memberinya makan, apakah Allah tega menelantarkan umat Muhammad soal rizki dan rahmat-Nya?” tandas Rasulullah.
Mari kita tengok Firman Allah berikut ini:
فَإِذَا بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ فَارِقُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَأَشْهِدُوا ذَوَيْ عَدْلٍ مِنْكُمْ وَأَقِيمُوا الشَّهَادَةَ لِلَّهِ ذَلِكُمْ يُوعَظُ بِهِ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا(2)وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا(3(
Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Qs. at-Thalaq: 2-3)
Berdasarkan kisah di atas dan Firman Allah di atas, tentunya kita tidak perlu takut dan bersedih ketika belum mendapatkan rizki. Tancapkan dalam hati bahwa tak mungkin Allah akan membiarkan hamba-Nya mati kelaparan, Allah pasti dan senantiasa memberi rizki kepada hamba-Nya. Kita hanya butuh usaha, berdoa dan kita pasrahkan hasilnya kepada Allah. Allah Maha Kaya, Maha Pemberi Nikmat dan Maha Segalanya. Tak ada yang tak mungkin jika Allah sudah berkehendak.