Wednesday, February 11, 2009

Perpustakaan Bukan Tempat Hukuman


Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI) memprotes keputusan manajemen SMP Negeri 79 Jakarta yang memindahtugaskan guru bermasalah menjadi tenaga pengelola perpustakaan. Dia adalah Paula Sihalatua, yang diduga terlibat penganiayaan terhadap siswa.
Menurut Mahmudin, Koordinator Humas APISI dalam situs APISI menjelaskan bahwa APISI ingin meluruskan pernyataan Eston Rimon Nainggolan, Wakil Kepala SMP Negeri 79, yang menyatakan bahwa guru itu ditugaskan di perpustakaan dengan pertimbangan agar tidak berhubungan langsung dengan siswa.
Pernyataan tersebut bertentangan dengan tenaga kepustakawanan. Sebab tenaga pengelola perpustakaan sekolah memiliki kompetensi tertentu. Bukan hanya kompetensi teknis, melainkan juga kompetensi sosial. Hal ini telah tercantum dalam Peraturan Menteri Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Pengelola Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
Selain itu, penempatan/pemindahtugasan tersebut bertentangan dengan pasal 23 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan yang menyebutkan bahwa: "Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional
Pendidikan”
APISI menambahkan, bahwa fungsi perpustakaan sekolah bukanlah sekedar tempat menyimpan buku, apalagi tempat pemberian hukuman. Perpustakaan sekolah mempunyai fungsi dinamis menyangkut ketersediaan dan pengelolaan sumber informasi dalam upaya menciptakan pembelajar seumur hidup yang mandiri dan beretika. Sekolah sebagai tempat mencari ilmu, selayaknya memiliki sumber-sumber informasi, yang memadai, yang dapat memfasilitasi kebutuhan siswanya dalam proses belajar mengajar. Oleh karena bergantungnya sekolah terhadap perpustakaan, maka lembaga ini harus dikelola oleh tenaga yang memiliki kompetensi di bidang pengelolaan perpustakaan dan informasi. Sekolah sebaiknya merujuk Peraturan Menteri No. 25 Tahun 2008.
Kasus pemindahtugasan guru bermasalah di SMP Negeri 79 Jakarta merupakan bentuk kurang pahamnya manajemen sekolah tentang fungsi perpustakaan sekolah serta pelecehan terhadap profesi pustakawan sekolah. APISI berharap kasus ini bisa menjadi pelajaran bagi para manajemen sekolah, agar tidak terjadi lagi kasus yang serupa di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.

Arti Sebuah Perubahan

Perubahan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Meskipun disadari atau tidak, diterima atau tidak, siap atau tidak perubahan itu pasti dan selalu terjadi.
Jika kita perhatikan, bahwa hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang berisi dengan perubahan. Secara alamiah, setiap mahluk hidup mengalami perubahan, manusia terlahir sebagai bayi mungil yang hanya bisa menangis, kemudian waktu memberikan manusia kesempatan berubah tahap demi tahap sampai pada bentuk sekarang ini.
Perubahan identik sebagai sesuatu yang berbeda, berbeda antara sebelum dan sesudah. Perubahan itu bisa ke arah lebih baik dan juga ke arah yang lebih buruk, sebagaimana untaian lirik lagu dari Band Keane Everbody has changed, but I don’t feel the same. Everbody has changed, but I don’t know why”.
Mendengar kata perubahan, maka asumsi tertuju pada harapan yang dinginkan (hasilnya). Padahal perubahan bukan hanya ada pada hasil, melainkan juga pada prosesnya seperti apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan agar terjadi sebuah perubahan.
Perubahan umumnya dilandasi oleh kepentingan tertentu sesuai kehendak yang diinginkan. Maksud dari perubahan pada dasarnya adalah memperbaharui, menciptakan, merumuskan, menyelenggarakan atau menguasai sesuatu menjadi lebih baik dari apa yang ada selama ini.
Perubahan umumnya tidak kita sadari karena dia berjalan secara bertahap dan perlahan-lahan. Namun, untuk beberapa kasus berbeda perubahan itu terjadi secara dramatis, atau revolusioner. Perubahan secara radikal biasa disebut dengan revolusi, sedangkan secara alamiah disebut evolusi.
Sedangkan kata “perubahan” dalam perpolitikan di Indonesia sudah sangat populer ketika Reformasi tahun 1998. Kata ini kemudian dipakai dalam kampanye pemilu presiden (2004) oleh pasangan capres SBY-JK. Tak bisa dipungkiri, kata perubahan menjadi magnet tersendiri sehingga dapat mengantarkan SBY dan JK sebagai presiden dan wakil presiden.
Tak hanya di Indonesia, slogan Perubahan (chance/tepatnya Change We Can Believe In) berhasil membawa Barack Hussein Obama meraih sukses besar dan pada 4 November 2008 yang terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat ke-44.
Keadaan seperti ini terjadi karena ada sebuah kemandegan dan “kebosanan” terhadap apa yang sedang terjadi/dialami, sehingga semua menginginkan bisa lepas dari keadaan tersebut. Dan satu-satunya jalan adalah dengan perubahan.
Sebagai pribadi, perubahan dapat dilakukan dengan selalu interospeksi akan segala kelemahan dan kekurangan, kemudian dipoleslah kelemahan dan kekurangan tersebut dengan senantiasa berkreasi dan inovasi memperbaiki diri.
Sebagai manusia beragama, perubahan dapat dimaknai dengan meningkatkan kepatuhan dan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan menjalankan aturan dan ajaran-ajaran agama.
Dalam dunia bisnis, perubahan diartikan dengan semakin berkembangnya bisnis yang dijalankan. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan inovasi bisnis, dan evaluasi baik dari sisi produk ataupun pemasaran.
Manusia tak bisa membendung laju perubahan. yang bisa dilakukannya hanya menyiapkan diri untuk selalu mengikuti perubahan itu.

Friday, December 19, 2008

SUMBER KEBAHAGIAAN DAN KESEDIHAN

Berapapun banyaknya uang yang dimiliki, berapapun banyaknya lempengan emas dan permata yang dipunya, dan berapapun banyaknya harta yang dimiliki, tidak akan pernah membuat seseorang merasa cukup menjadi "Kaya" dalam makna yang sebenarnya. Untuk itu, marilah kita luruskan pengertian kita mengenai orang "Kaya".

Orang "kaya" bukanlah orang yang memiliki harta benda yang melimpah ruah, tetapi orang yang dapat menikmati apa pun yang dimiliki baik sedikit atau banyak tanpa merasa terikat pada kepemilikan barang-barang itu!

Dengan konsep demikian, seharusnya mereka sadar sepenuh hati dan pikiran, bahwa dia lahir ke dunia ini hanyalah berbekal satu nyawa (jiwa). Selanjutnya, ia harus merasa memiliki nyawa itu, dan harus merawat serta bertanggung jawab dalam kehidupannya. Dengan nyawa itu pulalah, seseorang harus hidup bahagia, di mana pun dan kapan pun.

Namun demikian, tak sedikit yang mengetahui apa itu bahagia? Apakah uangnya banyak? Apakah isterinya banyak? Apakah mobil dan rumah mewah yang dipunya atau apa lah yang serba materi. Perlu diketahui dan di renungkan bahwa yang dinamakan dengan kebahagiaan: adalah kegembiraan dalam rasa damai yang penuh kesyukuran; gembira, damai, bersukur, kita kurangi salah satunya kita tidak bahagia. Kesimpulannya; hanya “orang baik yang bisa berbahagia”. Selain itu, bahwa “Orang baik yang miskin adalah orang kaya yang uangnya sedikit, sedang orang kaya tidak jujur adalah orang miskin yang uangnya banyak”.

Kunci kebahagiaan adalah gembira, damai dan bersyukur!.

Termasuk hanya punya satu nyawa. Kebahagiaan itu bisa dibuat dengan tak meminta kepada orang lain, tetapi berupaya memberikan apa yang bisa diberikan kepada orang lain agar bahagia.

Betapa sering kita memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, dan kita harapkan hingga membuat kita menjalani hidup dengan segala rasa kurang dan kurang, lagi dan lagi. Kita tak pernah memfokuskan diri pada apa yang dimiliki dan memberdayakan seoptimal mungkin apa yang ada dan apa terjadi pada kita. Jika kita tetap berfokus pada keinginan, hidup pun terasa menjadi sengsara karena selalu merasa kurang puas dengan apa yang sudah dimiliki atau yang terjadi.

Sebenarnya kita dapat mengubah perasaan itu dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Coba lihat dan tengok keadaan di sekeliling, fikirkan yang dimiliki, dan syukurilah. Karena, anda akan merasakan betapa nikmatnya hidup ini dengan segala yang terjadi pada diri kita dan Siap menjalani segala peran drama kehidupan.

Peran kocak akan membuat kita tertawa. Peran sedih membuat kita melinangkan air mata. Peran romansa membuat kita mabuk kepayang. Itulah Dunia, tempat berperan untuk menjalani drama kehidupan. Dan tugas kita harus bisa berjuang dengan peran yang sedang kita perankan sebaik-baiknya.

Pastinya boleh dan syah-syah saja kita mempunyai keinginan, namun kita perlu menyadari bahwa itulah akar perasaan tidak tenteram. Dalam untaian kata bijak tertulis: "Kesengsaraan yang sesungguhnya adalah hal yang melekat pada harta duniawi."

Sebuah contoh nyata, seseorang yang sudah memiliki rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan setia masih saja merasa kurang. Pikiran dipenuhi berbagai target dan keinginan. Ia begitu terobsesi oleh rumah besar nan indah, mobil nan mewah, serta uang yang melimpah. Ia ingin ini dan itu. Jika tak mendapatkannya, ia selalu memikirkannya. Dan anehnya, meskipun sudah mendapatkannya, ia hanya menikmati kesenangan sesaat. Ia tetap tidak puas, dan ingin yang lebih lagi dan lagi.

Melihat kondisi yang demikian, hendaknya orang tersebut cepat menyelesaikan, jika dibiarkan berlarut-larut, akan membuat orang tersebut menjadi frustrasi, yang akhirnya depresi.

Alangkah baiknya jika kita memahami filosofi Batang Bambu, meskipun tinggi, ditiup angin sampai ujungnya mencapai tanah sekalipun bambu itu tidak patah, bahkan bisa dengan indahnya naik kembali. Batang bambu mampu mengikuti terpaan angin badai sekalipun. Seseorang harus mampu mengikuti arus kehidupan tanpa menghakimi, nikmati seperti air mengalir, tidak lurus kaku. Jika ada yang menghambat ia bisa membelok atau mencari jalan alternatif, tapi tetap tak berhenti. Karena itu, air yang terhenti akan mengendap jadi kubangan yang kelamaan dipenuhi cacing dan jadi dangkal.

Orang yang bijak sadar, bahwa keberhasilan atau kegagalan hidupnya merupakan konsekuensi perbuatan dan hasil pikiran. Manusia harus selalu introspeksi diri, apakah pikiran dan perbuatan sesuai dengan hukum Tuhan dan kehendak Yang Maha Kuasa? Karena pahala dan dosa tidak bisa diwakilkan, dan harus ditanggung sendiri.

Apakah kita bisa pungkiri, bahwa hidup di dunia adalah medan perjuangan yang bergelimang penderitaan? Sebagian orang menyangkal, karena mereka hidup dalam kondisi serba baik dan menyenangkan. Karena itu kita melihat dengan mata hati, dunia ini sebagai surga atau neraka penderitaan. HANYA DIRI KITA SENDIRI YANG BISA MENJAWAB, untuk itu, jalani hidup ini dengan senantiasa bersyukur menghargai pemberian Tuhan Yang Maha Esa.