Monday, November 2, 2009

Mengenal Lebih Dekat Alam Kubur


Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Begitu juga dengan kita, sebelum kita mati alangkah baiknya kita mengenal lebih dekat dengan alam kubur. Sebuah tempat singgah sementara sebelum bangkit dari kubur.

Mendengar alam kubur, secara otomatis kesadaran kita akan tertuju kepada sebuah sebuah tempat yang bagi sebagian orang “mengerikan”. Tapi apa sebenarnya alam kubur itu?

Alam kubur adalah tempat sementara waktu setelah kematian sebelum kebangkitan dari kubur.

Adanya alam kubur akan memberi tiga manfaat kepada kita semua, pertama akan menambah keimanan dan keyakinan kita bahwa kehidupan setelah kematian itu benar-benar adanya. Kedua, untuk membantah pendapat mereka yang menyatakan bahwa siksa kubur itu tidak ada, dengan alas an karena hari perhitungan (yaum al-hisab) belum tiba dan ketiga, untuk membatasi peran akal pada hal-hal yang hanya dapat dijangkau oleh akal, tetapi tidak untuk menjelaskan hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia (sesuatu yang gaib), sebagaimana tentang alam kubur.

Pertanyaan dan Siksa Kubur

Siapa bilang di dalam kubur tidak ada pertanyaan kubur dan siksa kubur? Pada saat jenazah dimakamkan, para pelayat meninggalkan kuburan, dan tinggallah jenazah itu sendirian, maka dua malaikat datang menghampiri jenazah dan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

Jika ia bisa menjawab pertanyaan tadi, maka ia akan melihat pemandangan yang indah dari surga, namun bila ia tidak bisa menjawab, maka palu besi siap memukul sang jenazah tadi. Sebagaimana Rasulullah Saw., bersabda yang terdapat di dalam kitab Shahih al-Bukhari bab al-janaiz, no. 1252 :

حَدَّثَنَا عَيَّاشٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ اْلأَعْلَى حَدَّثَنَا سَعِيدٌ قَالَ وَقَالَ لِي خَلِيفَةُ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتُوُلِّيَ وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ فَيَقُولاَنِ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ فَيُقَالُ انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنْ النَّارِ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا وَأَمَّا الْكَافِرُ أَوْ الْمُنَافِقُ فَيَقُولُ لاَ أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لاَ دَرَيْتَ وَلاَ تَلَيْتَ ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ

(Dari Ayyas dari Abd al-A’la dari Sa’id dari khalifah dari Yazid bin Zura’i dari Sa’id dari Qotadah dari Anas RA dari Nabi SAW bersabda: jika seorang hamba telah diletakkan dalam kuburnya dan pengantarnya telah meninggalkannya sehingga mayat tersebut tidak dapat mendengar lagi langkah (sandal) pengantarnya, maka dua malaikat membangunkannya dan keduanya berkata kepada jenazah : Siapa sosok dihadapanmu ini (Muhammad SAW)?, maka jika ia menjawab : aku bersaksi bahwa ia hamba Allah dan RasulNya. Maka malaikat memerintahkan melihat pemandangan neraka yang telah diganti oleh Allah dengan pemandangan surga yang sebelumnya berupa pemandangan surga dan neraka. Namun jika yang mati termasuk orang yang mengingkari ajaran Islam (kafir) atau pura-pura saja (munafik), maka ketika ditanya tentang sosok tersebut (Nabi Muhammad), akan menjawab tidak tahu, kemudian Malaikat bertanya lagi mengapa kamu tidak bertanya kepada orang yang telah mengenalnya?, maka Malaikat memukulnya antara kedua telinganya dengan palu besi, maka ia berteriak sangat kuat, sehingga teriakan itu terdengar oleh penghuni di sekitarnya, kecuali jin dan manusia yang masih hidup).

Disamping pertanyaan di atas, juga terdapat tiga pertanyaan lainnya, yaitu : siapa Tuhanmu, apa pedoman hidupmu dan siapa Nabi yang kamu yakini? Sebagaimana dijelaskan dalam hadis shahih pada kitab Sunan Tirmizi dalam bab tafsir al-Qur’an an Rasulillah, no. 3045 :

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلاَنَ حَدَّثَنَا أبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ أَخْبَرَنِي عَلْقَمَةُ بْنُ مَرْثَدٍ قَال سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ عُبَيْدَةَ يُحَدِّثُ عَنْ الْبَرَاءِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلآخِرَةِ قَالَ فِي الْقَبْرِ إِذَا قِيلَ لَهُ مَنْ رَبُّكَ وَمَا دِينُكَ وَمَنْ نَبِيُّكَ

(Dari Mahmud bin Ghailan dari Abu Dawud dari Syu’bah dari Alqamah bin Martadin dari Sa’da bin Ubaidah dari al-Barra’ dari Nabi SAW tentang firman Allah (dalam surat Ibrahim ayat 27) yang artinya : “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat” terkait dengan pertanyaan di kubur ketika ditanya siapa Tuhanmu ?, apa pedoman hidupmu? Dan siapa Nabimu?).

Kedua hadis di atas, sudah sangatlah jelas bahwa di dalam kubur nanti terdapat pertanyaan yang harus kita jawab. Jika kita dapat menjawab, maka pemandangan keindahan surga terlihat jelas oleh kita, dan jika tidak bisa menjawab, maka palu besi akan beraksi kepada kita.

Dengan demikian, marilah mulai saat ini juga, bagi kita semua yang merasa masih berbuat salah dan dosa, masih menumpuk kekayaan tanpa mengeluarkan atau membayar zakat, shadaqah atau infaq di jalan Allah. Mari kita perbaiki dengan jalan taubat dan merubah perbuatan salah dan dosa tadi dengan perbuatan atau amal shaleh, mari kita sayangi fakir miskin dan anak yatim, mari kita hidupkan qiyamullail, mari memperbanyak lisan dan hati dengan dzikir, serta ibadah-ibadah lainnya.

Semoga kita dapat menjawab pertanyaan kubur dengan lancar dan benar serta dijauhkan dari palu besi yang dapat menghancurkan kita. Semoga Allah senantiasa meridhoi amal shaleh yang kita lakukan. Aaamiin.

Sunday, April 12, 2009

Ketika Surat Itu Tiba

Memang sedikit aneh dan agak jadul, karena di era modern saat ini masih aja ada yang menggunakan surat sebagai alat komunikasi.........(bersambung dulu)

Friday, April 10, 2009

Dulu Sekarang dan Nanti

“Yang dulu biarlah berlalu, jangan diungkit lagi, nikmati masa sekarang yang sedang kita jalani dan yang nanti apa kata nantinya”. Demikianlah ungkapan yang sudah jamak di antara kita dalam menanggapi drama kehidupan dunia ini.
Jika diperhatikan dengan seksama, dapat dipastikan ketiga kata di atas saling memberikan kontribusi yang sangat besar sekali.
Mari kita coba bedah satu persatu. “Dulu”, merupakan kata yang menunjukkan masa atau waktu yang telah kita jalani dan telah terjadi. Menanggapi masa lalu, hendaklah kita semua bisa mengambil sebuah pelajaran yang sangat berharga. Sebab, guru terbaik adalah pengalaman. Perbuatan serta semua tingkah laku kita yang baik, hendaklah selalu dan selalu kita pertahankan dan kalau bisa malah ditingkatkan. Sedangkan kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan jangan pernah kita lakukan lagi, dan sebisa mungkin kita memohon ampun kepada yang berhak. Dalam artian, jika kesalahan dan dosa kita kepada sesama manusia, maka kita meminta ampun kepada orang tersebut. Jika kesalahan dan dosa kita kepada Tuhan, maka kita memohon ampun kepada Tuhan dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
“Sekarang“, adalah masa atau waktu yang sedang kita jalani. Sudah menjadi keharusan kita untuk selalu berhati-hati dalam menjalani masa ini. Jangan sampai kita terlena pada masa yang sedang kita jalani ini. Tak sedikit diantara kita yang terlena dengan masa ini yang penuh dengan kenikmatan-kenikmatan semu, terutama bagi mereka yang sedang ada di atas (dari sisi materi dan kedudukan). Adapun bagi mereka yang sekarang ini masih berada di bawah, seyogyanya untuk selalu berusaha dan bekerja keras, jangan sampai bersedih hati, putus asa apalagi mengeluh atas kondisi yang sedang dialami.
“Nanti“ adalah sebuah masa yang seratus persen semua manusia tidak ada yang tahu. Karena yang tahu hanyalah Tuhan semata. Apakah mereka akan berbahagia ataukah justru menderita. Kondisi sekarang tidak menjamin keadaan seseorang dimasa akan datang. Karena semua bisa berubah dengan cepat secepat kilat. Bisa saja saat ini dalam kondisi yang bahagia penuh dengan kenikmatan-kenikmatan, namun dimasa akan datang akan berada dalam kondisi menderita penuh dengan kekurangan. Begitu juga dengan mereka yang saat ini dalam kondisi sedih penuh kekurangan, namun dimasa akan datang menjadi orang yang berbahagia dan penuh dengan kenikmatan. Untuk itu, marilah kita perbanyak ibadah, doa dan diimbangi dengan kerja keras agar masa depan kita menjadi masa depan yang cerah, bahagia dan menyenangkan.
Semua yang ada di dunia adalah bayangan dan maya. Tidak ada sesuatu di dunia ini yang abadi. Harta kekayaan, keluarga, teman, jabatan atau kedudukan, dan yang lainnya. Sejatinya dunia adalah lahan setiap insan untuk memperbanyak ibadah kepada Tuhan. Beribadah senantiasa tulus ikhlas mengharapkan ridho-Nya, bukan karena menginginkan surga atau karena takut neraka.
Andaikata kita mengharapkan balasan atas apa yang kita lakukan, niscaya kita dituntut kesempurnaan dalam setiap amal tersebut. Kalau sudah demikian, mampukah kita melaksanakannya? Penulis yakin 90 persen tidak akan mampu. Ini disebabkan karena dalam setiap ibadah yang kita lakukan masih sering diikuti pikiran-pikiran selain Tuhan. Kita tidak mengingat Tuhan dalam beribadah, ataupun mengingat itupun tidak penuh. Pikiran kita masih mudah dimasuki hal-hal yang bersifat duniawi, entah mengingat kerjaan, mengingat keluarga atau yang lain. Kalau sudah demikian, masih pantaskah kita meminta pahala atau imbalan atas amal yang kita lakukan! Kita ambil contoh, seorang pekerja, jika dalam pekerjaannya tidak serius dan tidak bagus pantaskah ia meminta gaji? Yang pantas adalah meminta maaf atas ketidakberesan dan ketidaksempurnaan pekerjaannya tersebut. Begitu juga dengan kita, ibadah kita masih banyak kekurangannya, tidak pantas kita meminta imbalan, yang pantas kita lakukan adalah memohon ampun atas kekurangan dan kesalahan yang telah kita lakukan. Bukannya malah meminta imbalan.