“Yang dulu biarlah berlalu, jangan diungkit lagi, nikmati masa sekarang yang sedang kita jalani dan yang nanti apa kata nantinya”. Demikianlah ungkapan yang sudah jamak di antara kita dalam menanggapi drama kehidupan dunia ini.
Jika diperhatikan dengan seksama, dapat dipastikan ketiga kata di atas saling memberikan kontribusi yang sangat besar sekali.
Mari kita coba bedah satu persatu. “Dulu”, merupakan kata yang menunjukkan masa atau waktu yang telah kita jalani dan telah terjadi. Menanggapi masa lalu, hendaklah kita semua bisa mengambil sebuah pelajaran yang sangat berharga. Sebab, guru terbaik adalah pengalaman. Perbuatan serta semua tingkah laku kita yang baik, hendaklah selalu dan selalu kita pertahankan dan kalau bisa malah ditingkatkan. Sedangkan kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan jangan pernah kita lakukan lagi, dan sebisa mungkin kita memohon ampun kepada yang berhak. Dalam artian, jika kesalahan dan dosa kita kepada sesama manusia, maka kita meminta ampun kepada orang tersebut. Jika kesalahan dan dosa kita kepada Tuhan, maka kita memohon ampun kepada Tuhan dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
“Sekarang“, adalah masa atau waktu yang sedang kita jalani. Sudah menjadi keharusan kita untuk selalu berhati-hati dalam menjalani masa ini. Jangan sampai kita terlena pada masa yang sedang kita jalani ini. Tak sedikit diantara kita yang terlena dengan masa ini yang penuh dengan kenikmatan-kenikmatan semu, terutama bagi mereka yang sedang ada di atas (dari sisi materi dan kedudukan). Adapun bagi mereka yang sekarang ini masih berada di bawah, seyogyanya untuk selalu berusaha dan bekerja keras, jangan sampai bersedih hati, putus asa apalagi mengeluh atas kondisi yang sedang dialami.
“Nanti“ adalah sebuah masa yang seratus persen semua manusia tidak ada yang tahu. Karena yang tahu hanyalah Tuhan semata. Apakah mereka akan berbahagia ataukah justru menderita. Kondisi sekarang tidak menjamin keadaan seseorang dimasa akan datang. Karena semua bisa berubah dengan cepat secepat kilat. Bisa saja saat ini dalam kondisi yang bahagia penuh dengan kenikmatan-kenikmatan, namun dimasa akan datang akan berada dalam kondisi menderita penuh dengan kekurangan. Begitu juga dengan mereka yang saat ini dalam kondisi sedih penuh kekurangan, namun dimasa akan datang menjadi orang yang berbahagia dan penuh dengan kenikmatan. Untuk itu, marilah kita perbanyak ibadah, doa dan diimbangi dengan kerja keras agar masa depan kita menjadi masa depan yang cerah, bahagia dan menyenangkan.
Semua yang ada di dunia adalah bayangan dan maya. Tidak ada sesuatu di dunia ini yang abadi. Harta kekayaan, keluarga, teman, jabatan atau kedudukan, dan yang lainnya. Sejatinya dunia adalah lahan setiap insan untuk memperbanyak ibadah kepada Tuhan. Beribadah senantiasa tulus ikhlas mengharapkan ridho-Nya, bukan karena menginginkan surga atau karena takut neraka.
Andaikata kita mengharapkan balasan atas apa yang kita lakukan, niscaya kita dituntut kesempurnaan dalam setiap amal tersebut. Kalau sudah demikian, mampukah kita melaksanakannya? Penulis yakin 90 persen tidak akan mampu. Ini disebabkan karena dalam setiap ibadah yang kita lakukan masih sering diikuti pikiran-pikiran selain Tuhan. Kita tidak mengingat Tuhan dalam beribadah, ataupun mengingat itupun tidak penuh. Pikiran kita masih mudah dimasuki hal-hal yang bersifat duniawi, entah mengingat kerjaan, mengingat keluarga atau yang lain. Kalau sudah demikian, masih pantaskah kita meminta pahala atau imbalan atas amal yang kita lakukan! Kita ambil contoh, seorang pekerja, jika dalam pekerjaannya tidak serius dan tidak bagus pantaskah ia meminta gaji? Yang pantas adalah meminta maaf atas ketidakberesan dan ketidaksempurnaan pekerjaannya tersebut. Begitu juga dengan kita, ibadah kita masih banyak kekurangannya, tidak pantas kita meminta imbalan, yang pantas kita lakukan adalah memohon ampun atas kekurangan dan kesalahan yang telah kita lakukan. Bukannya malah meminta imbalan.
No comments:
Post a Comment