Bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat berarti dan dinanti-nanti bagi semua umat Islam di seluruh penjuru dunia karena memiliki beberapa keistimewaan dibanding bulan-bulan lainnya. Keistimewaan-keistimewaan bulan Ramadhan adalah sebagai berikut:
Bulan dimana al-Qur'an pertama kali diturunkan
Bulan Ramadhan merupakan bulan dimana al-Qur'an diturunkan untuk pertama kalinya, hal ini tercantum jelas di dalam surah al-Baqarah (2) ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur."
Berdasarkan ayat di atas, maka dapat diketahui bahwasanya al-Qur'an awal diturunkannya al-Qur'an adalah pada saat bulan Ramadhan. Disamping itu, dijelaskan pula bahwa tujuan al-Qur'an diturunkan adalah sebagai petunjuk (pedoman) hidup bagi manusia, sebagai pengoreksi terhadap petunjuk yang diselewengkan dari kitab suci sebelum al-Qur’an dan sebagai pembeda antara pendapat yang benar dengan pendapat yang salah.
Al-Qur'an sebagai petunjuk atau pedoman hidup manusia, dimana didalamnya mengatur bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya sehari-hari. Hal ini dijelaskan di dalam surah al-A’la (87) ayat 1-3:
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى(1)الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى(2)وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى
"Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk."
Ayat di atas sangat jelas bahwa Allah menciptakan manusia tidak saja dilepaskan begitu saja, melainkan Allah memberikan sebuah petunjuk dan pedoman bagi ciptaan-Nya untuk menjalani hidupnya, sehingga hidupnya terarah dan bahagia.
Dengan demikian, seyogyanya kita sebagai umat Islam senantiasa menggunakan al-Qur'an sebagaimana tujuan Allah menurunkannya. Jika tujuan-tujuan al-Qur'an sudah kita laksanakan nicaya manusia akan selamat dan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu, hendaknya kita tidak merasa puas jika sudah bisa membaca al-Qur'an, melainkan kita hendaknya terus dan terus mempelajari makna dan kandungan dari al-Qur'an terlebih-lebih ketika bulan Ramadhan.
Pada saat malam di bulan Ramadhan, membaca al-Qur'an seakan sudah menjadi tradisi di sekitar kita. Hal ini merupakan sebuah amalan yang amat bagus sebagaimana yang terjadi pada masa Rasulullah. Dimana di bulan Ramadhan malaikat jibril selalu datang setiap malam kepada Rasulullah SAW untuk tadaruss (memahami kembali) al-Qur'an. Hal ini dijelaskan dalam hadis shahih dalam kitab shahih al-Bukhari bab Bad'ul wahyi, no. 5 :
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ ح و حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ وَمَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ نَحْوَهُ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
(Dari Abdan dari Abdullah dari Yunus dari al-Zuhry, juga dari Bisyr bin Muhammad dari Abdullah dari Yunus dan Muammar dari al-Zuhry dari Abdullah bin Abdullah dari Ibn Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW manusia terbaik ketika pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya setiap malam bulan Ramadhan dan mempelajari kembali al-Qur'an , maka Rasulullah SAW adalah orang segera melakukan kebaikan sebagaimana angin bertiup).
Bulan Ramadhan adalah bulan dibukanya pintu ampunan
Bulan Ramadhan adalah bulan dibukanya pintu ampunan bagi mereka yang melaksanakan puasa Ramadhan. Hal ini dilambangkan dengan dibukanya pintu langit (sebagai lambang dibukanya ampunan) dan ditutup pintu neraka serta dibelenggunya setan (sebagai lambang terbelenggunya hawa nafsu). Hal ini dijelaskan dalam Shahih al-Bukhari pada bab al-Shaum, no. 1766 :
حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنِي اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي أَنَسٍ مَوْلَى التَّيْمِيِّينَ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ
(Dari Yahya bin Bukair dari al-Lais dari "Uqail dari Ibn Syihab dari Ibn Abi Anas (maula al-Tamiyin bahwa bapaknya mendengar Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : Jika memasuki bulan Ramadhan dibuka semua pintu langit dan ditutup pintu-pintu Jahannam dan dibelenggu para Setan).
Oleh karena itu, orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena dilandasai oleh iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya di masa lalunya. Hal ini dijelaskan dalam hadis shahih pada kitab shahih al-Bukhari pada bab Iman, no. 37 :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلاَمٍ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
(Dari Muhammad bin Salam dari Muhammad bin Fadhail dari Yahya bin Sa'id dari Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan niat karena Allah dan hanya mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu).
Terdapat Malam Kemuliaan (Lailatul Qadar)
Di bulan Ramadhan terdapat satu malam kemuliaan (lailalatul qadr), dimana nilai malam itu lebih dari seribu bulan, karena para malaikat dan malaikat Jibril diizinkan Allah turun ke langit bumi dan akan mengabulkan setiap permohonan manusia mulai terbenamnya matahari sampai terbit fajar. Sebagaimana ditegaskan dalam surah al-Qadar (97) ayat 1-5 :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1)وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ(2)لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3)تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(4)سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(5(
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."
Surah di atas menjelaskan bahwa al-Qur’an diturunkan dari lauh mahfudz ke langit dunia pada malam lailatul Qadr atau malam kemuliaan. Kemudian menjelaskan bahwa Lailatul Qadr adalah suatu malam yang kebaikan atau perbuatan baik nilainya sama dengan seribu bulan.
Para Malaikat dan Malaikat Jibril turun ke langit bumi untuk mengaminkan setiap do’a dari hamba Allah sampai terbit fajar (subuh). Pada malam lailatul Qadr Allah hanya menentukan keselamatan, tidak seperti hari-hari biasa yang selalu menentukan keselamatan dan kebinasaan.
Adapun siapa yang berjaga (tidak tidur) pada malam lailatul qadar dan melakukan ibadah karena Allah dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu. Hal tersebut dijelaskan dalam hadis shahih pada kitab Shahih al-Bukhari pada bab al-Shaum, no. 1764 :
حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه
(Dari Muslim bin Ibrahim dari Hisyam dari Yahya dari Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata bahwa Nabi SAW bersabda : siapa yang berjaga (tidak tidur) pada malam lailatul qadar dan melaksanakan ibadah karena Allah dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosanya pada masa lampau, begitu juga siapa yang berpuasa karena Allah dan mengharap pahala dari Allah akan diampuni dosanya pada masa lampau).
Rasulullah memerintahkan mencari malam lailatul Qadr pada hitungan ganjil pada 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis shahih pada kitab Shahih al-Bukhari dalam bab al-shalat al-Tarawih, no. 1878 :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا أَبُو سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
(Dari Qutaibah bin Sa'id dari Ismail bin Ja'far dari Abu Suhail dari bapaknya dari Aisyah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Carilah malam lailatul Qadr pada malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan)".
Kemudian Rasulullah menjelaskan tanda datangnnya lailatul Qadr adalah ketika matahari terbit tanpa cahaya yang terang. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis shahih pada kitab Shahih Muslim dalam bab al-Shiyam, no. 1999 :
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ كِلاَهُمَا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ ابْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَبْدَةَ وَعَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُودِ سَمِعَا زِرَّ بْنَ حُبَيْشٍ يَقُولاَ سَأَلْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقُلْتُ إِنَّ أَخَاكَ ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ مَنْ يَقُمْ الْحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ رَحِمَهُ اللَّهُ أَرَادَ أَنْ لاَ يَتَّكِلَ النَّاسُ أَمَا إِنَّهُ قَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي رَمَضَانَ وَأَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ ثُمَّ حَلَفَ لاَ يَسْتَثْنِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ فَقُلْتُ بِأَيِّ شَيْءٍ تَقُولُ ذَلِكَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ قَالَ بِالْعَلاَمَةِ أَوْ بِاْلآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا
(Dari Muhammad bin Hatim dan Ibn Abi Umar keduanya dari Ibn Uyainah al-Najud, maka berkata Ibn Uyainah dari Sufyan bin Uyainah dari Abdah dan Ashim bin Abi al-Najud dari Zirrah bin Hubais, ia bertanya kepada Ubay bin Ka'ab bahwa saudaramu Ibn Mas'ud berkata bahwa siapa yang sepanjang malam Ramadhan melakukan ibadah, maka akan mendapatkan lailatul Qadr, agar manusia tidak hanya mengharapkan lailatul Qadr, meskipun ia mengetahui bahwa lailatul Qadr itu pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan tepatnya pada malam kedua puluh tujuh, maka ditanya apa tandanya, ia menjawab dengan tanda ketika paginya matahari terbit tanpa sinar yang terang sebagaimana diberitahukan oleh Rasulullah SAW).
Adapun do'a yang dibaca ketika menjumpai lailatul Qadr adalah :
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
(Ya Allah, sungguh Engkau Maha Pemaaf dan Maha Mulia dan Maha Memaafkan, maka ampunilah aku).
Hal tersebut dijelaskan dalam hadis shahih pada kitab Sunan al-Tirmizi dalam bab al-Daawat an Rasulillah, no. 3435 :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ الضُّبَعِيُّ عَنْ كَهْمَسِ بْنِ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِي اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
(Dari Qutaibah dari Ja'far bin Sulaiman al-Dhaba'iy dari Khmas bin al-Hasan dari Abdillah bin Buraidah dari Aisyah berkata bahwa aku bertanya kepada Rasulullah SAW: "Apa yang aku ucapkan ketika mendapatkan malam Qadr, maka Rasulullah menjawab : Ucapkanlah : Ya Allah, sungguh engkau Maha Pemaaf dan Maha Mulia dan Maha Memaafkan, maka ampunilah aku)".
Bulan dimana al-Qur'an pertama kali diturunkan
Bulan Ramadhan merupakan bulan dimana al-Qur'an diturunkan untuk pertama kalinya, hal ini tercantum jelas di dalam surah al-Baqarah (2) ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur."
Berdasarkan ayat di atas, maka dapat diketahui bahwasanya al-Qur'an awal diturunkannya al-Qur'an adalah pada saat bulan Ramadhan. Disamping itu, dijelaskan pula bahwa tujuan al-Qur'an diturunkan adalah sebagai petunjuk (pedoman) hidup bagi manusia, sebagai pengoreksi terhadap petunjuk yang diselewengkan dari kitab suci sebelum al-Qur’an dan sebagai pembeda antara pendapat yang benar dengan pendapat yang salah.
Al-Qur'an sebagai petunjuk atau pedoman hidup manusia, dimana didalamnya mengatur bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya sehari-hari. Hal ini dijelaskan di dalam surah al-A’la (87) ayat 1-3:
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى(1)الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى(2)وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى
"Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk."
Ayat di atas sangat jelas bahwa Allah menciptakan manusia tidak saja dilepaskan begitu saja, melainkan Allah memberikan sebuah petunjuk dan pedoman bagi ciptaan-Nya untuk menjalani hidupnya, sehingga hidupnya terarah dan bahagia.
Dengan demikian, seyogyanya kita sebagai umat Islam senantiasa menggunakan al-Qur'an sebagaimana tujuan Allah menurunkannya. Jika tujuan-tujuan al-Qur'an sudah kita laksanakan nicaya manusia akan selamat dan mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu, hendaknya kita tidak merasa puas jika sudah bisa membaca al-Qur'an, melainkan kita hendaknya terus dan terus mempelajari makna dan kandungan dari al-Qur'an terlebih-lebih ketika bulan Ramadhan.
Pada saat malam di bulan Ramadhan, membaca al-Qur'an seakan sudah menjadi tradisi di sekitar kita. Hal ini merupakan sebuah amalan yang amat bagus sebagaimana yang terjadi pada masa Rasulullah. Dimana di bulan Ramadhan malaikat jibril selalu datang setiap malam kepada Rasulullah SAW untuk tadaruss (memahami kembali) al-Qur'an. Hal ini dijelaskan dalam hadis shahih dalam kitab shahih al-Bukhari bab Bad'ul wahyi, no. 5 :
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ ح و حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ وَمَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ نَحْوَهُ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
(Dari Abdan dari Abdullah dari Yunus dari al-Zuhry, juga dari Bisyr bin Muhammad dari Abdullah dari Yunus dan Muammar dari al-Zuhry dari Abdullah bin Abdullah dari Ibn Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW manusia terbaik ketika pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya setiap malam bulan Ramadhan dan mempelajari kembali al-Qur'an , maka Rasulullah SAW adalah orang segera melakukan kebaikan sebagaimana angin bertiup).
Bulan Ramadhan adalah bulan dibukanya pintu ampunan
Bulan Ramadhan adalah bulan dibukanya pintu ampunan bagi mereka yang melaksanakan puasa Ramadhan. Hal ini dilambangkan dengan dibukanya pintu langit (sebagai lambang dibukanya ampunan) dan ditutup pintu neraka serta dibelenggunya setan (sebagai lambang terbelenggunya hawa nafsu). Hal ini dijelaskan dalam Shahih al-Bukhari pada bab al-Shaum, no. 1766 :
حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنِي اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي أَنَسٍ مَوْلَى التَّيْمِيِّينَ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ
(Dari Yahya bin Bukair dari al-Lais dari "Uqail dari Ibn Syihab dari Ibn Abi Anas (maula al-Tamiyin bahwa bapaknya mendengar Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : Jika memasuki bulan Ramadhan dibuka semua pintu langit dan ditutup pintu-pintu Jahannam dan dibelenggu para Setan).
Oleh karena itu, orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena dilandasai oleh iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya di masa lalunya. Hal ini dijelaskan dalam hadis shahih pada kitab shahih al-Bukhari pada bab Iman, no. 37 :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلاَمٍ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
(Dari Muhammad bin Salam dari Muhammad bin Fadhail dari Yahya bin Sa'id dari Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan niat karena Allah dan hanya mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu).
Terdapat Malam Kemuliaan (Lailatul Qadar)
Di bulan Ramadhan terdapat satu malam kemuliaan (lailalatul qadr), dimana nilai malam itu lebih dari seribu bulan, karena para malaikat dan malaikat Jibril diizinkan Allah turun ke langit bumi dan akan mengabulkan setiap permohonan manusia mulai terbenamnya matahari sampai terbit fajar. Sebagaimana ditegaskan dalam surah al-Qadar (97) ayat 1-5 :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1)وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ(2)لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ(3)تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(4)سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(5(
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."
Surah di atas menjelaskan bahwa al-Qur’an diturunkan dari lauh mahfudz ke langit dunia pada malam lailatul Qadr atau malam kemuliaan. Kemudian menjelaskan bahwa Lailatul Qadr adalah suatu malam yang kebaikan atau perbuatan baik nilainya sama dengan seribu bulan.
Para Malaikat dan Malaikat Jibril turun ke langit bumi untuk mengaminkan setiap do’a dari hamba Allah sampai terbit fajar (subuh). Pada malam lailatul Qadr Allah hanya menentukan keselamatan, tidak seperti hari-hari biasa yang selalu menentukan keselamatan dan kebinasaan.
Adapun siapa yang berjaga (tidak tidur) pada malam lailatul qadar dan melakukan ibadah karena Allah dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu. Hal tersebut dijelaskan dalam hadis shahih pada kitab Shahih al-Bukhari pada bab al-Shaum, no. 1764 :
حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه
(Dari Muslim bin Ibrahim dari Hisyam dari Yahya dari Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata bahwa Nabi SAW bersabda : siapa yang berjaga (tidak tidur) pada malam lailatul qadar dan melaksanakan ibadah karena Allah dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosanya pada masa lampau, begitu juga siapa yang berpuasa karena Allah dan mengharap pahala dari Allah akan diampuni dosanya pada masa lampau).
Rasulullah memerintahkan mencari malam lailatul Qadr pada hitungan ganjil pada 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis shahih pada kitab Shahih al-Bukhari dalam bab al-shalat al-Tarawih, no. 1878 :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا أَبُو سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
(Dari Qutaibah bin Sa'id dari Ismail bin Ja'far dari Abu Suhail dari bapaknya dari Aisyah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Carilah malam lailatul Qadr pada malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan)".
Kemudian Rasulullah menjelaskan tanda datangnnya lailatul Qadr adalah ketika matahari terbit tanpa cahaya yang terang. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis shahih pada kitab Shahih Muslim dalam bab al-Shiyam, no. 1999 :
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ كِلاَهُمَا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ ابْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَبْدَةَ وَعَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُودِ سَمِعَا زِرَّ بْنَ حُبَيْشٍ يَقُولاَ سَأَلْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقُلْتُ إِنَّ أَخَاكَ ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ مَنْ يَقُمْ الْحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ رَحِمَهُ اللَّهُ أَرَادَ أَنْ لاَ يَتَّكِلَ النَّاسُ أَمَا إِنَّهُ قَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي رَمَضَانَ وَأَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ ثُمَّ حَلَفَ لاَ يَسْتَثْنِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ فَقُلْتُ بِأَيِّ شَيْءٍ تَقُولُ ذَلِكَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ قَالَ بِالْعَلاَمَةِ أَوْ بِاْلآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا
(Dari Muhammad bin Hatim dan Ibn Abi Umar keduanya dari Ibn Uyainah al-Najud, maka berkata Ibn Uyainah dari Sufyan bin Uyainah dari Abdah dan Ashim bin Abi al-Najud dari Zirrah bin Hubais, ia bertanya kepada Ubay bin Ka'ab bahwa saudaramu Ibn Mas'ud berkata bahwa siapa yang sepanjang malam Ramadhan melakukan ibadah, maka akan mendapatkan lailatul Qadr, agar manusia tidak hanya mengharapkan lailatul Qadr, meskipun ia mengetahui bahwa lailatul Qadr itu pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan tepatnya pada malam kedua puluh tujuh, maka ditanya apa tandanya, ia menjawab dengan tanda ketika paginya matahari terbit tanpa sinar yang terang sebagaimana diberitahukan oleh Rasulullah SAW).
Adapun do'a yang dibaca ketika menjumpai lailatul Qadr adalah :
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
(Ya Allah, sungguh Engkau Maha Pemaaf dan Maha Mulia dan Maha Memaafkan, maka ampunilah aku).
Hal tersebut dijelaskan dalam hadis shahih pada kitab Sunan al-Tirmizi dalam bab al-Daawat an Rasulillah, no. 3435 :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ الضُّبَعِيُّ عَنْ كَهْمَسِ بْنِ الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِي اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
(Dari Qutaibah dari Ja'far bin Sulaiman al-Dhaba'iy dari Khmas bin al-Hasan dari Abdillah bin Buraidah dari Aisyah berkata bahwa aku bertanya kepada Rasulullah SAW: "Apa yang aku ucapkan ketika mendapatkan malam Qadr, maka Rasulullah menjawab : Ucapkanlah : Ya Allah, sungguh engkau Maha Pemaaf dan Maha Mulia dan Maha Memaafkan, maka ampunilah aku)".
No comments:
Post a Comment