Perdebatan mengenai membaca al-Qur’an dengan suara keras atau perlahan memang sering kita dengar. Satu sisi mereka menganggap membaca al-Qur’an dengan suara keras adalah kurang baik dibanding dengan suara perlahan.
Namun demikian, seyogyanya kita tidak usah ikut terpancing dengan perdebatan semacam ini. Sebab mereka yang membaca al-Qur’an dengan suara keras dan suara perlahan adalah sama-sama benar dan baik. Yang tidak benar adalah mereka yang tidak mau membaca al-Qur’an.
Rasulullah bersabda sebagaimana yang terdapat dalam kitab Sunan Tirmidzi bab Kitab Fadhailul Qur’an an Rasulillah: 2843:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْجَاهِرُ بِالْقُرْآنِ كَالْجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ وَالْمُسِرُّ بِالْقُرْآنِ كَالْمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ
Dari U’bah bin Amir berkata, saya mendengar Rasulullah Saw., telah bersabda, ”Orang yang membaca al-Qur’an dengan suara keras adalah seumpama seseorang yang memberikan sedekahnya secara terang-terangan. Dan seseorang yang membacanya dengan suara perlahan adalah seumpama seorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi.”
Hadis di atas mengqiyaskan antara membaca al-Qur’an dengan shadaqah. Amal shadaqah lebih utama dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi dibanding dengan cara terang-terangan. Bahkan di ibaratkan ketika seseorang bershadaqah dengan tangan kanan, maka tangan kiri tidak sampai tahu apalagi orang lain. Hal yang demikian adalah untuk menghindarkan diri dari munculnya sifat riya’ dan ujub (bangga diri). Menurut Abu Isa, bahwa makna hadis ini adalah bahwa membaca al-Qur’an dengan suara pelan lebih utama dibandingkan dengan membacanya dengan suara keras. Karena sesungguhnya shadaqah dengan sembunyi-sembunyi lebih utama menurut ahli ilmu daripada shadaqah dengan terang-terangan. Karena menurut ahli ilmu hal ini untuk menghindarkan diri dari sifat ujub (bangga diri).
Namun demikian, perlu kita melihat situasi dan kondisi dalam beramal. Terkadang shadaqah dengan terang-terangan itu lebih utama agar menjadi teladan bagi orang lain sehingga akan semakin banyak orang yang bershadaqah. Tetapi dalam keadaan tertentu memberikan shadaqah dengan sembunyi-sembunyi lebih utama agar terhindar dari sifat riya (pamer) dan ujub (bangga diri).
Begitu pula dengan membaca al-Qur’an. Terkadang membaca al-Qur’an dengan suara keras itu lebih baik jika niatnya untuk menggalakkan orang lain supaya membacanya, dengan niat sebagai syiar Islam. Disamping itu, bagi mereka yang mendengarnya juga akan mendapat pahala. Tetapi pada keadaan tertentu membacanya dengan suara pelan adalah lebih utama agar tidak mengganggu orang lain atau untuk menghindari sifat riya dan ujub. Membaca dengan suara pelan dan keras memiliki kelebihan masing-masing. Kembali kepada niat pribadi masing-masing dan tau kondisi serta situasi ketika ia membaca al-Qur’an.
Namun demikian, seyogyanya kita tidak usah ikut terpancing dengan perdebatan semacam ini. Sebab mereka yang membaca al-Qur’an dengan suara keras dan suara perlahan adalah sama-sama benar dan baik. Yang tidak benar adalah mereka yang tidak mau membaca al-Qur’an.
Rasulullah bersabda sebagaimana yang terdapat dalam kitab Sunan Tirmidzi bab Kitab Fadhailul Qur’an an Rasulillah: 2843:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْجَاهِرُ بِالْقُرْآنِ كَالْجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ وَالْمُسِرُّ بِالْقُرْآنِ كَالْمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ
Dari U’bah bin Amir berkata, saya mendengar Rasulullah Saw., telah bersabda, ”Orang yang membaca al-Qur’an dengan suara keras adalah seumpama seseorang yang memberikan sedekahnya secara terang-terangan. Dan seseorang yang membacanya dengan suara perlahan adalah seumpama seorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi.”
Hadis di atas mengqiyaskan antara membaca al-Qur’an dengan shadaqah. Amal shadaqah lebih utama dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi dibanding dengan cara terang-terangan. Bahkan di ibaratkan ketika seseorang bershadaqah dengan tangan kanan, maka tangan kiri tidak sampai tahu apalagi orang lain. Hal yang demikian adalah untuk menghindarkan diri dari munculnya sifat riya’ dan ujub (bangga diri). Menurut Abu Isa, bahwa makna hadis ini adalah bahwa membaca al-Qur’an dengan suara pelan lebih utama dibandingkan dengan membacanya dengan suara keras. Karena sesungguhnya shadaqah dengan sembunyi-sembunyi lebih utama menurut ahli ilmu daripada shadaqah dengan terang-terangan. Karena menurut ahli ilmu hal ini untuk menghindarkan diri dari sifat ujub (bangga diri).
Namun demikian, perlu kita melihat situasi dan kondisi dalam beramal. Terkadang shadaqah dengan terang-terangan itu lebih utama agar menjadi teladan bagi orang lain sehingga akan semakin banyak orang yang bershadaqah. Tetapi dalam keadaan tertentu memberikan shadaqah dengan sembunyi-sembunyi lebih utama agar terhindar dari sifat riya (pamer) dan ujub (bangga diri).
Begitu pula dengan membaca al-Qur’an. Terkadang membaca al-Qur’an dengan suara keras itu lebih baik jika niatnya untuk menggalakkan orang lain supaya membacanya, dengan niat sebagai syiar Islam. Disamping itu, bagi mereka yang mendengarnya juga akan mendapat pahala. Tetapi pada keadaan tertentu membacanya dengan suara pelan adalah lebih utama agar tidak mengganggu orang lain atau untuk menghindari sifat riya dan ujub. Membaca dengan suara pelan dan keras memiliki kelebihan masing-masing. Kembali kepada niat pribadi masing-masing dan tau kondisi serta situasi ketika ia membaca al-Qur’an.
1 comment:
How to bet online at bovada casino - Dr.MD
All 광주광역 출장샵 about playing online at bovada casino. Play for real money, win real money. 용인 출장마사지 Online 광주 출장안마 casino games are always 강원도 출장안마 fun, and bovada casinos give you 평택 출장샵 an edge.
Post a Comment