" Nak, bangun... udah adzan subuh. Sarapanmu bunda sudah
membuatkanmu sarapan.."
Tradisi ini sudah berlangsung lama, sejak pertama kali aku bisa mengingat, sampai aku tamat SMA, tapi kebiasaan Bunda tak pernah berubah setiap kali aku menjenguk beliau di desa.
"Bundaku tercinta.. ga usah repot-repot, aku kan sekarang udah dewasa"
Pintaku pada Bunda pada suatu pagi. Wajah tua itu langsung berubah. Begitu pula saat bundaku mengajakku makan siang. Buru-buru daku keluarkan uang dan kubayar semuanya. Ingin sekali kubalas jasa bunda selama ini dengan hasil keringatku. Raut sedih itu tak bisa disembunyikan. Kenapa bunda malah sedih?
Aku hanya bisa mereka-reka, mungkin sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami Bunda karena dari sebuah artikel dijelaskan... orang yang lanjut usia bisa sangat sensitive dan cenderung untuk bersikap kanak-kanak ..... tapi entahlah.... Niatku ingin membahagiakan malah membuat Bunda sedih. Seperti biasa, Bunda tidak akan pernah mengatakan apa-apa.
Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya, " Bu, maafin aku kalau telah menyakiti perasaan Bunda. Apa yang bikin Bunda sedih ? "Kutatap sudut-sudut mata Bunda, ada genangan air mata di sana.
Bibir indahnya membuka sambil terbata-bata Bunda berkata, "Tiba-tiba Bunda merasa kalian tidak lagi membutuhkan Bunda. Kalian sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri. Bunda tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kalian, Bunda tidak bisa lagi jajanin kalian. Semua sudah bisa kalian lakukan sendiri "Ah, Ya Allah, ternyata buat seorang Bunda .. bersusah payah melayani putra-putrinya adalah sebuah kebahagiaan.
Satu hal yang tak pernah kusadari sebelumnya. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang tua menjadi sedih karena kita tidak berusaha untuk saling membuka diri melihat arti kebahagiaan dari sudut pandang masing-masing. Diam-diam aku merenung.
.. Apa yang telah kupersembahkan untuk Bunda dalam usiaku sekarang ? Adakah Bunda bahagia dan bangga pada putera putrinya ? Ketika itu kutanya pada Bunda, Bunda menjawab, "Banyak sekali nak kebahagiaan yang telah kalian berikan pada Bunda. Kalian tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan. Kalian berprestasi di sekolah adalah kebanggaan buat Bunda. Kalian berprestasi di pekerjaan adalah kebanggaan buat Bunda. Setelah dewasa, kalian berprilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan buat Bunda. Setiap kali binar mata kalian mengisyaratkan kebahagiaan di situlah kebahagiaan orang tua."
Lagi-lagi aku hanya bisa berucap, " Ampuni daku ya Allah kalau selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada Bunda. Masih banyak alasan ketika Bunda menginginkan sesuatu. "
Betapa sabarnya Bundaku melalui liku-liku kehidupan. Sebagai seorang wanita seharusnya banyak alasan yang bisa dilontarkan Bundaku untuk "cuti" dari pekerjaan rumah atau menyerahkan tugas itu kepada pembantu. Tapi tidak! Bundaku seorang yang idealis. Menata keluarga, merawat dan mendidik anak-anak adalah hak prerogatif seorang bunda yang takkan bisa dilimpahkan kepada siapapun. Pukul 3 dinihari Bunda bangun dan membangunkan kami untuk senantiasa shalat tahajud demi mengharapkan Ridho dan kasih sayang Allah. Menunggu subuh Bunda ke dapur menyiapkan sarapan sementara daku terkadang tertidur lagi... Ah, maafkan kami Bunda ... 18 jam sehari sebagai "pekerja" seakan tak pernah membuat Bunda lelah.. Sanggupkah aku ya Allah?
“Nak... bangun nak, udah azan subuh .. sarapannya udah Bunda siapin dimeja.. "Kali ini aku lompat segera.. kubuka pintu kamar dan kurangkul Bunda sehangat mungkin, kuciumi pipinya yang mulai keriput, kutatap matanya lekat-lekat dan kuucapkan, " Terimakasih Bunda, aku beruntung sekali memiliki Bunda yang baik hati, ijinkan aku membahagiakan Bunda...". Kulihat binar itu memancarkan kebahagiaan. .. Cintaku ini milikmu, Bunda... Aku masih sangat membutuhkanmu. .. Maafkan aku yang belum bisa menjabarkan arti kebahagiaan buat dirimu.. Sahabat.. tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat "aku sayang padamu... ", namun begitu, Rasulullah menyuruh kita untuk menyampaikan rasa cinta yang kita punya kepada orang yang kita cintai karena Allah.
Ayo kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita .. Bunda dan ayah walau mereka tak pernah meminta dan mungkin telah tiada. Percayalah... kata-kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan bahagia.
Wallaahua'lam
"Ya Allah, cintai Bundaku, beri daku kesempatan untuk bisa membahagiakan Bunda..., dan jika saatnya nanti Bunda Kau panggil, panggillah dalam keadaan khusnul khatimah. Ampunilah segala dosa-dosanya dan sayangilah ia sebagaimana ia menyayangi aku selagi aku kecil "
"Titip Bundaku ya Allah"
No comments:
Post a Comment